BAB I
KILAS DESA
BANARAN
A. Gambaran
Umum Desa Banaran
Secara geografis, Desa Banaran terletak
di bagian barat Kota Bojonegoro dan berada di dataran rendah. Untuk menuju ke
desa Banaran, diperlukan waktu kurang lebih 25 menit dari Kota Bojonegoro.
Jarak desa ini adalah 12 km dari Kota Bojonegoro.
Gambar 1
Peta Desa Banaran Kecamatan Malo
Kabupaten Bojonegoro
(DI BAWAH INI DI KASIH GAMBAR YA SOBB..)
Desa ini terletak di Kecamatan Malo yang
berbatasan dengan Kecamatan Kalitidu. Untuk mencapai tempat ini tidak cukup
sulit, karena jalanan yang sudah beraspal dan jalan masuk ke Desa Banaran sudah
berpaving, Namun, jalan menuju kebeberapa Gang sendiri cukup sulit, karena
jalanan yang rusak dan belum berpaving.
Di Desa Banaran terdapat lima gang yang
pertama adalah gang yang terletak di RT. 4, yang mana Penduduk di RT. 4 ini
memiliki pengetahuan keagamaan yang masih di pengaruhi adat kejawen, Gang yang
ke dua ini bernama gang Sumur Jero, konon katanya dinamakan Sumur Njero karena
di gang tersebut dulunya terdapat sumur yang terletak di dalam RT. 02, Gang
yang ke tiga bernama gang Sumur Mbujo (RT. 01) dinamakan Sumur Mbujo karena
dulunya di gang ini terdapat sumur yang tak pernah habis airnya meski terjadi
musim kemarau yang panjang, Gang selanjutnya adalah gang Masjid, dinamakan gang
Masjid karena dulunya di gang ini terdapat sebuah Pondok Pesantren yang lumayan
cukup besar, Namun, pondok tersebut kini tinggal sebuah kenangan, Gang
selanjutnya adalah gang Suwiryo, yaitu suatu nama gang yang di ambil dari nama
sesepuh di gang tersebut.
Gambar 2
Peta Desa Banaran dan Gang Desa
Kata Banaran sendiri Menurut Bapak Daud (warga
desa Tinawun yang asalnya dari desa banaran) itu berasal dari kata (di ben
sak paran paran) di biarkan kemanapun. Karena dulunya di Desa yang kecil
ini terdapat lima dusun, yang konon dulunya Desa ini masih satu pemerintahan
dengan desa Tinawun yaitu desa yang terletak di sebelah barat desa banaran,
saat itu Penguasa daerah tersebut masih bersaudara, karena adanya perbedaan
kebijakan, Banaran yang kecil tersebut memisahkan diri dengan Tinawun dan dari
ke lima dusun tersebut terciptalah nama Desa yaitu Banaran.
SEJARAH PEMERINTAHAN DESA
No
|
Nama
|
Periode
|
1
|
2
|
3
|
1
|
Turmudji
|
1975 s/d 1990
|
2
|
Hartono
|
1990 s/d 1998
|
3
|
Hartono
|
1998 s/d 2008
|
4
|
H. Sucipto
|
2008 s/d 2014
|
5
|
H. Sucipto
|
2014 2019
|
B. Keadaan Geografis
Desa Banaran Kecamatan Malo Kabupaten
Bojonegoro merupakan bagian integral dari sistem perwilayahan kecamatan Malo, Batas
– batas desa ini sebelah utara adalah Desa Kedungrejo, sebelah selatan adalah Desa
Ngujung, sebelah timur adalah Desa Ketileng, sedangkan sebelah barat adalah Desa
Tinawun, Desa Banaran terdiri dari satu Dusun yaitu : Dusun Banaran RT. 01-04 /
RW. 01-02 dan secara Geografis Desa Banaran nampak merupakan Dataran Rendah.
Potensi
Sumber Daya Alam
Faktor fisik yang diperlukan dalam
merencanakan suatu Kawasan adalah Topografi, Geologi, Hidrografi dan kendala –
kendala fisik. Desa Banaran merupakan dataran rendah 5,21C0 DPL/DPS, dengan kemiringan
0,25% dan suhu rata – rata perharianya 32 C0 Derajat C. Menurut Topografi desa
ini termasuk ada di dataran rendah, Topografinya yang bergelombang dengan
kondisi tanah sangat Lentur dan Lembek. Namun, demikian dengan kondisi Mikro
nampak kerajinan ukiran dan lahan yang subur menjadikan daerah ini sebagai salah
satu penghasil lumbung pangan dan ukiran di Kabupaten Bojonegoro.
C. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk Desa Banaran Kecamatan Malo
Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2014 sebesar 815 Jiwa yang terbagi ke dalam 181
Kartu Keluarga (KK) dengan kepadatan penduduk 4.5 jiwa per Km 2. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin,
jumlah penduduk laki – laki pada tahun 2014 sebesar 406 Jiwa, lebih kecil
dibanding jumlah perempuan yang sebesar 409 Jiwa.
Tabel
1
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN USIA
|
|||||
NO
|
USIA
|
LAKI - LAKI
|
PEREMPUAN
|
JUMLAH
|
PROSENTASE
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
1
|
0 – 12 Bulan
|
37
|
38
|
75
|
50 %
|
2
|
1 – 10 Tahun
|
38
|
39
|
77
|
6,5 %
|
3
|
11 – 20 Tahun
|
40
|
41
|
81
|
6,8 %
|
4
|
21 – 30 Tahun
|
50
|
43
|
93
|
8,0 %
|
5
|
31 – 40 Tahun
|
41
|
42
|
83
|
8,2%
|
6
|
51 – 60 Tahun
|
43
|
44
|
87
|
8,5%
|
7
|
61 – 70 Tahun
|
44
|
45
|
89
|
8,0%
|
8
|
71 – 75 Tahun
|
45
|
46
|
91
|
8,3%
|
9
|
>75 Tahun
|
26
|
27
|
53
|
8,4%
|
Jumlah Total
|
406
|
409
|
815
|
100%
|
Dari data di atas menunjukkan bahwa penduduk usia
produktif pada usia 20 – 49 tahun sekitar 926 atau hampir 47,8% hal ini
merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM.
Tingkat kemiskinan dari jumlah Kartu keluarga (KK)
diatas, sejumlah 31 KK tercatat sebagai pra sejahtera: 25 KK tercatat keluarga
sejahtera I ; 25 KK tercatat keluarga sejahtera II ; 25 KK tercatat keluarga
Sejahtera III ; 25- KK sebagai keluargaSejahtera III Plus. 25- jika KK golongan
pra sejahtera 25 KK golongan 1 di golongkan sebagai KK golongan miskin, maka
60% desa keluarga miskin.
D. Keadaan Sosial
Keagamaan
Seluruh warga desa Banaran adalah
menganut agama Islam sehingga budaya Islam sangat kental ditengah – tengah
masyarakat dan terdapat satu
organisasi keagamaan yakni Nahdhatul Ulama.
Di Desa Banaran terdapat sembilan Musholla
dan satu Masjid. Mushola-mushola
tersebut digunakan untuk melaksanakan
tiga waktu sholat yakni, Subuh, Maghrib dan Isya’, sementara Dhuhur dan Ashar
warga masih sibuk dengan bekerja. Bahkan adzan waktu Dhuhur dan Ashar pun
jarang dikumandangkan, tetapi banyak mushola yang digunakan untuk kegiatan
belajar Al-Qur’an (mengaji).
Selain banyaknya musholla dan masjid yang menjadi bukti keagamaan
di Desa Banaran, masyarakat di Desa Banaran juga melakukan rutinitas keagamaan
lainnya, misalnya tahlilan, yaasiin-an, takhtiman, manaqiban, dziba’an,
ta’ziyah, dan lain-lain. Rutinitas tersebut masih dilakukan oleh warga Desa Banaran.
Namun, rutinitas tahlilan tidak dilakukan oleh seluruh masyarakat Desa Banaran,
karena mayoritas masyarakat Desa Banaran berfaham Nahdhatul Ulama’ dan
minoritas berfaham Aliran Dharmo Gandul. Dengan adanya kelompok minoritas yang
berfaham Dharmo Gandul, maka rutinitas tahlilan tidak dilaksanakan oleh semua
masyarakat Desa Banaran.
Gambar 3
Kegiatan Istighotsah
Gambar 4
Kegiatan
Tahlilan
Gambar 5
Kegiatan Madrasah Diniyah
Gambar 6
Kegiatan Tartil Al-qur’an dan
Qiro’ah
Pendidikan
Pendidikan
adalah suatu hal yang sangat penting untuk memajukan tingkat (SDM) sumber daya
manusia yang dapat berpengaruh dalam jangka panjang dalam peningkatan
perekonomian, dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak
tingkat kecakapan masyarakat yang pada
giliranya akan mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan lapangan
kerja baru, sehingga akan membantu program pemerintah mengentaskan pengangguran
masyarakat, di bawah ini adalah prosentase tingkat pendidikan desa Banaran.
Tabel 2
Tamatan Sekolah Masyarakat
No
|
Keterangan
|
Jumlah
|
Prosense
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Buta huruf usia 10 tahun ke atas
|
3
|
4.80%
|
2
|
Tidak / belum sekolah
|
45
|
6,02%
|
3
|
Usia prasekolah
|
74
|
2.90%
|
4
|
Tidak tamat SD
|
11
|
26,9%
|
5
|
Tamat sekolah SD
|
210
|
26,4%
|
6
|
Tamat sekolah SMP
|
210
|
32,4%
|
7
|
Tamat sekolah SMA
|
210
|
6,8%
|
8
|
Tamat sekolah PT/ Akademi
|
52
|
15,6%
|
Jumlah Total
|
815
|
100%
|
Dari
Data diatas menunjukan bahwa mayoritas
penduduk desa Banaran hanya mampu menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di
jenjang pendidikan 9 tahun. Rendahnya kualitas
tingkat pendidikan di desa tidak terlepas dari batasan sarana dan prasarana
Pendidikan yang ada.
Sebenarnya ada solusi yang bisa menjadi alternatif
sebagai jalan keluar untuk meningkatkan sumber daya manusia di desa, yaitu melalui
pelatihan dan kursus. Namun, sarana atau lembaga yang mengadakan pelatihan dan
kursus tersebut ternyata juga belum tersedia di desa.
Gambar 7
Kegiatan
Mengajar di SDN Banaran
Gambar 8
Kegiatan Bimbel di Desa
Banaran
Perekonomian
Berdasarkan kondisi
alam yang ada di Desa Banaran memungkinkan pekerjaan warga Desa Banaran adalah
sebagai petani, selain petani warga juga bekerja sebagai buruh tani.
Berdasarkan penjelasan pada bagian demografi, masyarakat Desa Banaran bisa
dikatakan sebagai petani karena banyak masyarakat yang bekerja sebagai petani
dan memiliki lahan sawah sendiri.
Tabel Sumber
Penerimaan Desa
No
|
Sumber
|
Tahun
|
||
2012
|
2013
|
2014
|
||
1
|
Penerimaan Desa
|
Rp. 8.125.200,-
|
Rp. 9.492.500,-
|
Rp. 10.439.300,-
|
2
|
Dana Perimbangan
|
Rp.
185.000.000,-
|
Rp.
200.000.000,-
|
Rp.
300.000.000,-
|
3
|
Hasil Lelang Aset Desa
|
Rp. 12.600.000,-
|
Rp. 13.300.000,-
|
Rp. 11.700.000,-
|
4
|
Pajak
|
Rp. 0
|
Rp. 0
|
Rp. 0
|
5
|
Retribusi Portal
|
Rp. 0
|
Rp. 0
|
Rp. 0
|
6
|
Sewa Tanah Kas Desa
|
Rp. 0
|
Rp. 0
|
Rp. 0
|
7
|
BLM / PNPM
|
Rp. 130.000.000,-
|
Rp. 0
|
Rp. 0
|
8
|
APBD Kabupaten
|
Rp. 0
|
Rp. 0
|
Rp. 0
|
9
|
APBD Provinsi
|
Rp. 0
|
Rp. 0
|
Rp. 0
|
10
|
APBD Pusat
|
Rp. 0
|
Rp. 0
|
Rp. 0
|
11
|
Swadaya Masyarakat
|
Rp. 3.000.000,-
|
Rp.
100.000.000,-
|
Rp. 3.000.000,-
|
12
|
Gotong Royonh
|
Rp. 4.500.000,-
|
Rp. 5.000.000,-
|
Rp. 5.000.000,-
|
JUMLAH TOTAL
|
Rp. 343.225.200,-
|
Rp. 327.792.500,-
|
Rp. 322.139.300,-
|
Dari Tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa : Penerimaan
pajak, melalui tahun 2011 s/d 2012 mengalami peningkatan. Dari tahun 2013 ke
tahun 2014 adalah sebesar 60%, sedangkan dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah
sebesar 100%. Adapun penyebab dari peningkatan penerimaan pajak selama tahun
2013 s/d 2014 adalah sebagai berikut :
§ Bangunan
baru / Rumah bertambah
§ Kenaikan
Tarif
§ Tanah
kas desa disewakan kepada masyarakat untuk menambah pendapatan desa, sewa tiap tahun meningkat untuk menyesuaikan
terhadap perkembangan perubahan perkapita.
§ ADD
( Alokasi Dana Desa ) adalah dana Pembangunan yang bersumber dari
pemerintah, besaran dana tiap tahun
bisa berubah anggaran pendapatan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah.
Kebudayaan
Desa
Banaran
merupakan daerah agraris yang mayoritas penduduknya adalah suku Jawa dengan sebagian
besar bermata pencaharian sebagai petani. Meskipun demikian, masyarakat di desa
ini selalu memperhatikan hal-hal tentang adat istiadat peninggalan nenek moyang
mereka. Seperti tradisi dan kebudayaan
desa
Banaran yang masih bertahan sampai sekarang yaitu tradisi megengan, dan suruan.
Megengan adalah Tradisi yang
biasanya dilakukan oleh masyarakat desa Banaran satu tahun sekali dan
dilaksanakaan ketika menjelaang bulan
Ramadhan ( Poso ). Biasanya dilakukan di rumah masing-masing warga dan
juga ada yang bersamaan di mushola-mushola, tujuan dari acara ini adalah untuk
kirim do’a (kirim duwo;bahasa jawa) kepada keluarga yang sudah meninggal
dunia.
Suruan atau
buwuhan juga menjadi salah satu bagian dari tradisi yang masih tersisa di Desa Banaran.
Suruan adalah sebuah tradisi berupa pemberian hibah atau hadiah kepada orang
yang mempunyai hajat baik pernikahan maupun sunatan. Hadiah yang diberikan
berupa hasil panen dari sawah yang mereka peroleh, umumnya adalah beras sebagai
bahan makanan pokok warga dusun ini. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk
tercapainya kerukunan warga serta terpeliharanya tali silaturrahmi antar warga.
Kesehatan
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan
adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan. Kesehatan di desa Banaran sudah mulai
membaik, masyarakat di desa Banaran dalam pemeliharaan kesehatan dibantu oleh
seorang bidan yang bertugas di Polindes (Pondok Bersalin Desa) dan seorang
mantri kesehatan yang bertugas di ponkesdes (Pondok Kesehatan Desa).
Selama ini di desa Banaran jarang mengalami masalah kesehatan yang
serius, tetapi ketika musim penghujan ada beberapa warga yang terjangkit
penyakit, seperti demam berdarah, diare dan ISPA yang biasa menyerang balita.
Untuk mencegah adanya penyakit yang timbul di masyarakat, tenaga
kesehatan yang ada di desa Banaran membagikan serbuk abate untuk mencegah timbulnya
jentik-jentik nyamuk dan Imunisasi untuk para balita.
E. Politik Pembangunan
Sejak mulai berdiri menjadi sebuah desa yang diakui oleh
pemerintah, dari waktu ke waktu Desa Banaran mengalami peningkatan walaupun
belum sampai pada pemenuhan kebutuhan dasar. Untuk itu diharapkan kepada
masyarakat dan tokoh–tokoh yang ada di desa mempunyai kesadaran untuk
menghargai sesepuh desa dengan pemerintah dan lembaga desa demi terwujudnya
kesejahteraan bersama.
Tabel
2 Sejarah Pembangunan Desa
No
|
Periode
|
Nama Kegiatan
|
Keterangan
|
1.
|
1990
|
Jembatan DusunBanaran
|
DPD/K
|
2.
|
1991
|
Perbaikan,jalan Dusun Banaran
|
DPD/K
|
3.
|
1992
|
Gedung TK
|
DPD/K
|
4.
|
1993
|
Pompa air dan hand traktor
traktortractor
_Mcsin
|
DPD/K
|
5.
|
1994
|
Jalan Makadam Dusun Banaran
|
DPD/K
|
6.
|
1995
|
Jalan Makadam Dusun Banaran
|
DPD/K
|
7.
|
1996
|
Jalan Makadam Dusun Banaran
_.ialan
|
DPD/K
|
8.
|
1997
|
Jalan Makadam Dusun Kepoh
|
DPD/K
|
9.
|
1999
|
Rehab Gedung
TK dan Masjid
|
DPD/K
|
10.
|
2000
|
Rehab Kantor Desa
|
DPD/K
|
11.
|
2003
|
Gedung TK
|
PNPM
PPK
|
12.
|
2004
|
TPT Dusun Banaran
|
PNPM
PPK
|
13.
|
2005
|
Rehab Kantor Desa
|
DPD/K
|
14.
|
2006
|
Telford
|
DPD/K
|
15.
|
2007
|
Jalan makadam Dusun Banaran
|
DPD/K
|
16.
|
2009
|
Polindes Banaran
|
PNPM
PPK
|
BAB II
PENEMUAN MASALAH
A. Identifikasi Masalah
Dalam
kehidupan bermasyarakat, pastinya tidak akan lepas dari yang namanya
permasalahan, masalah ini dapat berasal dari beberapa faktor baik itu dari
faktor alam maupun faktor sosial. Faktor alam biasanya timbul karena perubahan
iklim atau letak geografis suatu Desa yang kurang menguntungkan dan letak Desa
yang jauh dari perkotaan. Adapun faktor sosial muncul dari pola pemikiran
masyarakat itu sendiri, permasalahan sosial biasanya terjadi karena kurangnya
rasa tanggung jawab dari setiap individu, yang sering kali menimbulkan kerusakan
lingkungan sekitar. Kerusakan ini bisa berupa pencemaran lingkungan, baik
dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.
Setidaknya
ada dua permasalahan utama yang selama ini dirasakan oleh masyarakat Desa Banaran, yaitu;
1.
Terbelenggunya
Masyarakat Petani oleh kekuasaan Tengkulak
Desa
Banaran merupakan daerah yang berpotensi sebagai penghasil tanaman padi dan
tebu, karenanya 90% masyarakatnya bekerja sebagai petani, dan merupakan sumber
pencaharian utama bagi masyarakat Desa.
Jarak
Desa Banaran yang cukup jauh dari perkotaan, membuat malas para petani untuk
menjual hasil panenya ke kota, dan lebih memilih untuk menjual hasil panenya ke
tengkulak. Selain itu, kebanyakan petani juga tidak memiliki modal yang lebih
untuk menanam padi dan tebu, sehingga ketika pertengahan musim tanam yaitu
ketika tanaman (padi dan tebu) masih muda, mereka menjualnya ke tengkulak, uang
hasil penjualan tadi kemudian dipakai untuk melanjutkan penanaman (padi dan
tebu) serta sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tindakan
petani yang menjual tanaman yang masih muda tersebut membuat para petani
semakin terbelenggu oleh kekuasaan tengkulak, sehingga dalam masalah
perekonomian mereka tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Dan justru
perekonimian mereka hanya berputar putar saja, sehingga membuat petani kurang
bisa menikmati hasil dari pertanian mereka.
2.
Banjir
Secara
geografis Desa Banaran terletak di dataran rendah, dan daerah pertanianya
terletak di pinggiran bengawan solo, sehingga bencana banjir sering melanda daerah
pertanian ini. Akibatnya, ketika musim penghujan daerah pertanian ini banyak
yang di genangi air, dan membuat masyarakat desa Banaran gagal panen.
B.
Sasaran dan Target
Seperti yang telah
dipaparkan diatas, bahwa masyarakat desa Banaran kebanyakan bermata pencaharian
sebagai petani, namun berdasarkan
kondisi dan potensi masyarakat desa Banaran, tengah memungkinkan untuk
dilakukan kegiatan pemanfaatan pohon pisang pada lahan di sekitar rumah dan kebun warga, maka sudah
sewajarnya jika dengan kondisi lingkungan yang sangat mendukung ini, seharusnya
warga desa Banaran harus mencoba peruntungan lain demi memperbaiki keadaan
ekonomi mereka, salah satunya dengan cara mengembangkan pemanfaatan Pohon
pisang tersebut.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
kegiatan ini adalah:
a. Meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat
desa Banaran dengan cara memanfaatkan limbah pohon pisang
b. Menjadikan desa Banaran sebagai salah satu penghasil kerajinan pohon pisang di Bojonegoro
c. Mengkoordinir para petani Pohon pisang di
desa Banaran untuk membentuk kelompok tani dan sub koperasi.
1.
Menjadi
lapangan pekerjaan baru/dapat menambah penghasilan
2.
Disukai
banyak kalangan masyarakat
3.
Menjadi alternatif untuk mengisi waktu
luang warga
4.
Sebagai sarana mengambangkan keterampilan
masyarakat
Selain limbah pohon pisang, ternyata jantung pisang juga bisa
digunakan sebagai bahan alternatif untuk membuat nugget, karena jantung pisang
juga memiliki banyak sekali manfaat diantarnya:
1.
Untuk
sayuran
2.
Sebagai makanan pendamping lauk
3.
Menambah
stamina tubuh
4.
Dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, diabetes,
stroke, juga sebagai solusi bagi obesitas karena seratnya yang tinggi mampu untuk
menghambat nafsu makan.
Akan tetapi dalam
perkembangannya didalam pemanfaatan limbah pohon pisang masyarakat di desa
Banaran masih sering menuai beberapa kendala. Berikut
adalah permasalahan yang selama ini menjadi kendala warga Desa Banaran dalam
mempemanfaatankan Pohon pisang antara lain :
a.
Minim pengetahuan
Masyarakat desa yang sulit untuk menerima hal baru membuat mereka tidak
mau mencari inovasi tentang pohon pisang. Juga karena masyarakat lebih memilih
untuk memanfaatkan pohon pisang sesuai dengan apa yang diajarkan nenek moyang
mereka. Selain itu karena masyarakat desa Banaran yang hanya memandang sebelah
mata tentang pohon pisang membuat pemahaman mereka tentang tentang pemanfaatan
pohon pisang masih sangat minim dan hampir tidak mengetahui bahwa pohon pisang
dapat menjadi sarana untuk meningkatkan ekonomi. Juga karena selama ini mereka
hanya berfokus pada buah yang dapat dikonsumsi.
b.
Waktu pengeringan
Pengeringan batang pohon pisag yang
membutuhkan waktu lama (+ 7 hari) ketika musim hujan akan membutuhkan waktu
yang relatif lebih lama. Sehingga target produksi yang ingin dicapai tidak
tercapai maksimal.
C. Metodologi PAR
Di dalam sebuah penelitian diperlukan sebuah metode dalam
memecahkan permasalahannya. Dengan memanfaatkan kekayaan riset-riset
tradisional yang masih terus berkembang, kami mengumpulkan data dari lapangan
dan menganalisanya, karena PAR memiliki metode berbagi cerita (sharing),
wawancara mendalam (in-depth interview), dan diskusi kelompok terfokus (focus
group discussion/FGD).
Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian
yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders)
dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (di mana pengamalan mereka
sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke
arah yang lebih baik. Untuk itu, mereka harus melakukan refleksi kritis terhadap
konteks sejarah, politik, budaya, ekonomi, geografis, dan konteks lain-lain
yang terkait. Hal yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk
mendapatkan perubahan yang diinginkan.
Peneliti sebagai fasilitator masyarakat
pada dasarnya berperan dalam pengembangan pembelajaran masyarakat lokal untuk
membangun tingkat kemandirian dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
Bersamaan dengan itu, membangun kesadaran kritis masyarakat terhadap berbagai
format ekonomi politik yang berlangsung secara mapan dibarengi dengan
memperkuat kemampuan masyarakat untuk berdialog sehingga memiliki bargaining
position yang kuat dengan kekuatan lain. Maka dari itu diperlukan
strategi-strategi sebagai berikut :
a.
Memulai
dengan tindakan mikro yang memiliki konteks makro/global.
b.
Mengembangkan
penguasaan pengetahuan teknis masyarakat.
c.
Membangun
kembali kelembagaan masyarakat.
d.
Pengembangan
kesadaran masyarakat melalui pendidikan yang
transformatif.
e.
Meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam menentukan penguasaan dan pengelolaan serta
kontrol terhadap sumber daya alam dan manusia (terutama sumber daya ekonomi)
f.
Pengembangan
sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal (daerah).
g.
Mengembangkan
pendekatan kewilayahan/kawasan yang lebih menekankan pada kesamaan dan
perbedaan potensi yang dimiliki.
h.
Membangun
jaringan ekonomi strategis yang
berfungsi untuk mengembangkan kerjasama dalam
mengatasiketerbatasan-keterbatasan baik dalam bidang produksi, pemasaran,
teknologi, dan permodalan.
Langkah-langkah
Proses Pemecahan Masalah
1. Riset Pendahuluan
Sebelum upaya get in dalam kawasan
Banaran, peneliti akan melakukan riset pendahuluan sebagai penjajakan awal.
Dalam riset ini peneliti akan mengobservasi aktivitas sehari-hari anak-anak dan
para orang tua, lingkungan sosial tempat anak-anak tumbuh, perilaku dan kebiasaan masyarakat,
sanitasi, struktur masyarakat, dan yang terpenting adalah upaya mengendus
masalah.
Riset ini berguna sebagai pijakan untuk masuk
pada analisis lebih jauh. Riset ini juga akan mempermudah peneliti untuk
melakukan langkah selanjutnya, yaitu inkulturasi.
2. Inkulturasi
Langkah selanjutnya adalah inkulturasi,
atau melebur dan membaur dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Informasi awal
yang telah didapat ketika melakukan riset pendahuluan dapat dijadikan pedoman
untuk mengadaptasikan diri di tengah-tengah masyarakat.
Dalam langkah ini, peneliti jugaakan
melakukan proses pendekatan sebagai upaya building. Maka dari itu,
peneliti akan berusaha untuk bersikap netral, khususnya dalam hal golongan dan
partai. Pendekatan yang akan peneliti lakukan adalah dengan memberikan
bimbingan belajar pada anak-anak secara gratis dan mengikuti aktivitas
masyarakat.
3. Pengorganisasian Masyarakat untuk Agenda
Riset
a. Membentuk Kelompok
Setelah tahap
inkulturasi dilalui, peneliti akan membangun kelompok dari level “grass root”(akar
rumput). Kelompok-kelompok yang akan dibangun terdiri dari kelompok ibu-ibu
dan kelompok bapak-bapak. Tujuan membangun kelompok ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan bersamaan dengan upaya memperkuat
ketahanan, kepercayaan diri, dan tanggung jawab masyarakat.
b. Melakukan Analisis Masalah
Dalam pertemuan
kelompok akan diadakan Focus Group Discussion(FGD), yaitu diskusi
mengenai permasalahan tertentu sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya.
Dalam FGD inilah pendidikan populer dilancarkan. Para partisipan diajak untuk
mengkaji permasalahannya, mencari penyebab, dan melihat dampak negatifnya.
Pelaksanaan
teknik-teknik PAR seperti daily routines, kalender musim, analisis
kelembagaan, dan lainnya juga berupa diskusi. Dialog interaktif yang terbangun
diharapkan dapat membuka wawasan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat akan
hak-hak anak.
c. Merumuskan Masalah
Masyarakat
merumuskan masalah mendasar khususnya yang berkaitan dengan hajat hidup
kemanusiaan yang dialaminya. Teknik yang mudah untuk merumuskan masalah ini
biasanya dengan analisis masalah (hirarkhi masalah), yang selanjutnya dibuat
analisa tujuan. Selanjutnya dilengkapi dengan teknik matrik ranking sebagai
langkah untuk memilih prioritas persoalan mana yang akan diselesaikan lebih
dahulu.
4. Perencanaan Tindakan Aksi untuk Perubahan
Sosial
a. Mengorganisir Gagasan
Hasil-hasil FGD khususnya dalam pelaksanaan
teknik-teknik PAR akan dianalisis sebagai dasar untuk melakukan perencanaan
pemecahan masalah. Setelah matrik ranking masalah ditetapkan bersama, maka langkah
selanjutnya adalah merencanakan bersama upaya pemecahan masalah. Dalam tahap
perencanaan ini, ide dan gagasan dari partisipan diinventarisir terlebih
dahulu, untuk kemudian diputuskan bersama-sama gagasan yang dipilih.
b. Mengorganisir Sumber Daya/Potensi
Gagasan pemecahan masalah yang telah ditetapkan
harus mempertimbangkan potensi dan sumberdaya yang dimiliki masyarakat.
Komunitas sebelumnya harus sudah menginventarisir siapa memiliki potensi dan
sumber daya apa. Begitu seterusnya hingga keragaman sumber daya yang dimiliki
masyarakat dapat saling melengkapi guna mendukung jalannya aksi perubahan
sosial.
c. Menyusun Strategi Gerakan
Komunitas menyusun
strategi gerakan untuk memecahkan problem kemanusiaan yang telah dirumuskan. Di
dalamnya, komunitas menentukan langkah-langkah sistematik, menentukan pihak
yang terlibat (stakeholders), dan merumuskan kemungkinan keberhasilan dan
kegagalan program yang direncanakan serta mencari jalan keluar apabila terdapat
kendala yang menghalangi keberhasilan program. Penyusunan strategi gerakan ini
merupakan langkah penting untuk pemecahan masalah. langkah mudah untuk menyusun
strategi ini adalah dengan teknik mengelola program yang berbentuk Logical
Framework Approach (LFA).
5. Aksi
Hasil
perencanaan aksi selanjutnya diimplementasikan secara simulan dan partisipatif.
Pemecahan persoalan kemanusiaan bukanlah sekedar untuk menyelesaikan persoalan
itu sendiri, tetapi merupakan proses pembelajaran masyarakat, sehingga
terbangun Pranata baru dalam komunitas dan sekaligus memunculkan community
organizer (pengorganisir dari masyarakat sendiri), dan akhirnya akan muncul
local leader (pemimpin lokal) yang menjadi pelaku dan pemimpin
perubahan.
5.
Evaluasi
Evaluasi
dilakukan dengan mengkroscek apakah yang telah dilaksanakan tetap berada dalam
jalur yang ditentukan, bagaimana impresi dan efek yang dihasilkan. Jika
ternyata langkah yang telah dilakukan membawa implikasi negatif dan destruktif,
maka bukan tidak mungkin peneliti harus merubah arah kebijakan, karena
sebenarnya PAR menghendaki pendekatan yang fleksibel dan multidimensional untuk
menunjang progresifitas masyarakat.
6.
Refleksi
Informasi yang
telah terkumpul ditinjau secara terus-menerus, kemudian diklasifikasi,
diverifikasi, disistematisasikan, dan terakhir diambil
kesimpulan-kesimpulannya. Dengan demikian data-data lengkap yang telah tersusun
menjadi bermakna.
Berdasarkan
hasil riset, proses pembelajaran masyarakat, dan program-program aksi yang sudah
terlaksana, peneliti bersama masyarakat merefleksikan semua proses dan hasil
yang diperolehnya (dari awal sampai akhir). Refleksi teoritis dirumuskan secara
bersama, sehingga menjadi sebuah teori akademik yang dapat dipresentasikan pada
khayalak publik sebagai pertanggung jawaban akademik.
E. Triangulasi
Tidak
semua data yang diperoleh bisa langsung dipercaya validitasnya. Untuk
mengetahui kebenaran data bisa menggunakan prinsip triangulasi informasi, yaitu
pemeriksaan dan periksa ulang melalui :[1]
1.
Keragaman
Teknik PAR
Setiap teknik
PAR punya kelebihan dan kekurangan. Tidak semua informasi yang dikumpulkan dan
dikaji dalam satu teknik PAR dapat dipercaya. Melalui teknik-teknik yang lain,
informasi tersebut dapat dikaji ulang untuk melihat apakah benar dan tepat.
Teknik-teknik PAR pada umumnya adalah saling
melengkapi dan digunakan sesuai dengan proses belajar yang diinginkan dan
cakupan informasi yang dibutuhkan.
2.
Keragaman Sumber Informasi
Masyarakat selalu memiliki bentuk hubungan yang
kompleks dan memiliki berbagai kepentingan yang sering berbeda bahkan
bertentangan.
Informasi yang
berasal dari sumber tunggal atau terbatas tidak jarang diwarnai oleh
kepentingan pribadi. Karena itu,sangat perlu mengkaji silang informasi dari
sumber yang berbeda.
Dalam melaksanakan PAR perlu diperhatikan untuk
tidak didominasi oleh beberapa orang atau elit desa saja tetap melibatkan semua
pihak, termasuk golongan miskin dan perempuan. Sumber informasi lain juga dapat
dimanfaatkan seperti sumber sekunder yang berada di desa.
F. Teoritisasi
Yang dijadikan landasan dalam cara kerja PAR,
terutama adalah gagasan-gagasan yang datang dari rakyat. Oleh karena itu,
fasilitator PAR harus melakukan langkah-langkah berikut :
Ø Memperhatikan secara sungguh-sungguh gagasan yang datang dari
rakyat yang masih terpenggal dan belum sistematis;
Ø mempelajari gagasan tersebut secara bersama-sama dengan mereka
sehingga menjadi gagasan yang sistematis;
Ø menyatu dengan rakyat;
Ø mengkaji kembali gagasan yang datang dari mereka, sehingga mereka
sadar dan memahami bahwa gagasan itu milik mereka sendiri;
Ø menerjemahkan gagasan tersebut dalam bentuk aksi;
Ø menguji kebenaran gagasan melalui aksi
BAB III
DINAMIKA PELAKSANAAN PROGRAM
A.
Urairan
Proses Pelaksanaan Program Yang Menunjukkan Sebuah Pembelajaran
Dari seluruh bagian tanaman pisang,
buah pisang dan daun pisanglah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Batang pohon
pisang dapat dijadikan tali tampar untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat. Sedangkan bagian lain dari tanaman ini masih terbatas pemanfaatannya,
misalnya saja jantung pisang. Pada fase pembungaan dan pembuahan, setelah
pembentukan sisir pisang yang terakhir, kemudian dilakukan pemotongan bunga
(jantung pisang). Dan biasanya bunga ini langsung dibuang karena dianggap
limbah. Padahal bunga (jantung pisang) memiliki nilai gizi yang cukup baik dan
dapat di buat berbagai macam hasil olahan makanan.
1.
Proses pembuatan tali tampar
Pohon pisang yang
baik dipakai untuk dibuat kerajinan adalah pisang jenis kepok dan pisang raja,
alasanya karena pohon pisang ini banyak ditemui di indonesia dan juga karena
bentuk batang yang panjang dan lebar. Berikut cara pembuatan tali tampar dari
batang pohon pisang :
a)
Menggunakan
pisau atau parang yang tajam agar tidak robek atau rusak batang pisang yang di
tebang
b)
Iris kecil kecil
pelepah dan batang pohon pisang
c)
Kupas pelepahnya
d)
Jemur pelepah
pisang tadi
Gambar
proses pengeringan / penjemuran
e)
Pisahkan bagian
permukaan halus dari permuka’an yang kasar
Gambar
proses pemisahan
f)
Sigar atau pecah
menjadi beberapa ayaran
g)
Ambil isi
pelepah pisang
h)
Lilitkan bagian
luar gedebog pisang pada pelepah pisang dengan cara melingkar miring
Gambar
proses pelilitan
i)
Ikatkan awal
tampar pada media gulung dan lanjutkan melapisi tampar
j)
Bila ayaran
dalam dan luar sudah mau habis, sambung dengan cara silangan sebagian dengan
yang baru dan lanjutkan lapis bagian luar
k)
Sambungan antara
dalam dan luar tidak boleh sama, agar tampar menjadi kuat dan tak mudah
terputus
2.
Hasil kerajinan dari limbah Pohon Pisang
Gambar limbah pohon pisang dijadikan tempat tissu dan
sandal
Gambar limbah pohon pisang dibuat tempat gelas dan
lain-lain
Gambar limbah pohon pisang di jadikan tampar dan pigura
3.
Proses pembuatan Nugget jantung pisang
Kandungan
gizi dari kunsumsi 25gr jantung pisang adalah jantung pisang mengandung 31 kkal
kalori, 1,2 gram senyawa protein, 0,3 gram lemak dan 7,1 gram karbohidrat.
Jantung pisang juga mengandung vitamin A, vitamin B1, vitamin C dan mineral
penting seperti fosfor, kalsium, serta zat besi. Ini berarti mengkonsumsi jantung pisang dapat
menghambat pertumbuhan sel kanker, diabetes, stroke, juga sebagai solusi bagi
obesitas karena seratnya yang tinggi mampu untuk menghambat nafsu makan.
Hampir semua jantung pisang dapat dikonsumsi sebagai
makanan. Tetapi hanya ada satu jantung pisang dari pohon pisang susu yang
rasanya pahit. Berikut cara pembuatan nugget jantung pisang :
a)
Iris jantung pisang kecil - kecil
Gambar proses pengirisan jantung pisang
b)
Rebus jantung pisang sampai masak (+ 30 menit,
sampai warna coklat atau putih)
c)
Hancurkan jantung pisang yang telah direbus, giling
halus.
d)
Haluskan bumbu halus (bawang putih, bawang merah,
garam) dan campur dengan jantung pisang yang telah dihaluskan.
e)
Masukkan tepung terigu, tepung tapioka dan telur.
f)
Aduk hingga rata dan masukkan dalam wadah
Gambar proses pembuatan nugget jantung pisang
g)
Kukus selama 20 – 30 menit
h)
Potong sesuai selera
i)
Oleskan telur dan tepung panir
Gambar proses pengolesan telur dan tepung panir
j)
Goreng hingga kecoklatan
Gambar proses penggorengan nugget jantung pisang
k)
Nugget jantung piusang siap dihidangkan
Usaha
pemanfaatan Limbah Pohon Pisang dan pembuatan nugget dari jantung pisang merupakan
salah satu industri rumah tangga yang ada di desa Banaran, yang bercirikan
ekonomi kerakyatan, dimana mayoritas dilakukan oleh wanita. Sebagai
salah satu usaha produktif untuk mendapatkan penghasilan dari usahanya.
Produk yang dihasilkan terbatas dan modal yang digunakan rendah, sehingga keuntungan yang diperoleh
cenderung rendah. Hal ini bisa dimaklumi bahwa usaha pemanfaatan pohon pisang
baru masyarakat pelajari dengan adanya kegiatan kuliah kerja nyata Institut
Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro 2016. Namun usaha tersebut tetap berlangsung
karena dapat menyerap tenaga kerja keluarga dan memberi nilai tambah meskipun
rendah.
Rendahnya
keuntungan usaha tersebut tidak
menyurutkan minat masyarakat desa Banaran untuk terus memanfaatkan pohon pisang
guna mengisi waktu luang dan menambah penghasilan masyarakat.
B. Pemecahan
Masalah
Dengan
adanya permasalahan di atas, kami mencoba untuk mencari alternatif atau cara
lain untuk memanfaatkan
pohon pisang, yaitu:
1. Mensosialisasikan
pemanfaatan pohon pisang
Kami
selaku peserta kuliah kerja nyata Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro
2016 mensosialisasikan pemanfaatan pohon pisang kepada masyarakat desa Banaran
agar masyarakat desa Banaran memahami bagaimana pemanfaatan pohon pisang untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat desa Banaran.
2.
Memberikan altenatif alat yang lebih terjangkau
Masyarakat
desa Banaran yang mayoritas ekonomi menengah kebawah akan sangat kesulitan
untuk membeli alat melilit batang pisang yang berharga relatif mahal, sehingga
dibuatlah alat memilit batang pisang yang lebih murah dan mudah dibuat. Alat tersebut dapat dibuat sendiri oleh masyarakat
dengan menggunakan peralatan bekas mesin pompa air.
BAB IV
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM
A.
Faktor Pendukung
a.
Perangkat Desa
Dalam pelaksanaan program kerja
tentu saja perangkat desa memiliki andil yang cukup besar. Untuk menjangkau
masyarakat yang begitu luas diperlukan data yang akurat sebagai penunjang
pelaksanaan program. Selain itu dalam pelaksanaannya memerlukan pengarahan demi
tercapainya tujuan kerja yang maksimal, disinilah akan terlihat betapa dukungan
serta kerja sama yang baik dari perangkat desa merupakan hal penting yang tidak
bisa disepelekan.
b.
Pemanfaatan Pohon Pisang
Target meningkatkan kualitas hidup merupakan
motivasi yang jitu untuk menggali potensi kerja yang lebih baik. Agaknya hal
itu pula yang terjadi pada para pemanfaatan pohon pisang di
desa Banaran. Hal ini bisa dilihat dari antusiasme masyarakat khususnya pemanfaatan
pohon pisang untuk mengikuti program kerja yang telah direncanakan sebelumnya,
seperti penyuluhan untuk meningkatkan produktivitas, serta pembentukan kelompok
pemanfaatan pohon pisang yang disambut
baik oleh hampir seluruh kalangan petani di desa Banaran ini.
c.
Sikap Konsisten
Adanya konsistensi dari para
personil dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, sehingga menjadikan tugas
terasa lebih mudah dan tidak menumpuk.
B.
Faktor Penghambat
a.
Terdapat
banyak permintaan dan tuntutan dari masyarakat, akan tetapi personil yang
bertugas sangat terbatas, sehingga menjadikan sasaran program kurang merata.
b.
Di
desa Banaran tidak terdapat cukup alat untuk mendalung dan tepung panir untuk
memenuhi kebutuhan pemanfaatan jantung
pisang, bahkan bisa dibilang tidak ada.
c.
Fokus
masyarakat yang cenderung hanya ingin memanfaatkan buahnya saja, membuat kita
mahasiswa KKN IAI Sunan Giri 2016 harus lebih ekstra mendorong masyarakat
Banaran untuk memanfaatkan limbah pohon pisang.
C.
Alternatif Pemecahan
a. Memangkas daftar kegiatan
dengan memperhatikan kondisi dan situasi anggota kelompok, serta memilah dan
memilih kegiatan apa saja yang perlu didahulukan.
b. Memberi penyuluhan
tentang pemanfaatan pohon pisang.
c. Melakukan pendekatan
secara personil dan melakukan kunjungan pada seluruh warga desa.
d. Berusaha untuk selalu
aktif dalam melaksanakan kegiatan meskipun harus terhalang oleh hujan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah
terjadinya interaksi dengan masyarakat di lokasi kegiatan KKN dan apa yang
telah kita rasakan di lapangan selama sebulan
penuh, maka kami dapat menyusun laporan ini, dan dari beberapa uraian
diatas kami dapat memperoleh beberapa garis besarnya antara lain:
1.
Di
Desa Banaran sudah terdapat organisasi Ke-Agamaan.
2.
Di
Desa Banaran terdapat Jam’iyyah-jam’iyyah Ke-Agamaan, seperti Jam’iyyah Tahlil,
dan lain-lain baik putra maupun putri.
3.
Karang
Taruna sebagai penunjang pengembangan
dan berkumpulnya pemuda - pemudi Desa Banaran yang sangat positif.
4.
Organisasi
sosial lain juga banyak terdapat di Desa ini, yang semakin maju seiring dengan
perkembangan dan kemajuan tekhnologi.
5.
Adanya
kebersamaan dari peserta KKN yang didasari dengan rasa tanggung jawab
berazaskan kekeluargaan.
6.
Tanggapan
masyarakat terhadap adanya KKN yang positif yang kemudian bersama-sama peserta
KKN mencari solusi dalam memecahkan suatu problem yang sedang dihadapi.
7.
Keberhasilan
KKN tersebut tidak lepas dari bantuan segala elemen masyarakat Desa Banaran
terutama dari aparatur desa khususnya kepala Desa Banaran yang slalu
mendampingi, mengarahkan serta mendukung peserta KKN dalam melaksanakan program
dan juga ketrampilan, kesabaran dan keuletan peserta KKN yang didapat dari luar
maupun dari dalam kampus IAI Sunan Giri Bojonegoro.
8.
Setelah
pelaksanaan KKN ini, diharapkan masyarakat ikut dalam membangun Desa Banaran
khususnya dalam melestarikan pemanfaatan pohon pisang (batang
pisang sebagai tali tampar dan jantung pisang dijadikan nugget ) yang
menjadi program unggulan dari pada kegiatan KKN.
9.
Perlunya
peningkatan sumber daya manusia, seiring dengan perkembangan dan kemajuan
zaman.
B.
Saran - saran
Setelah kami mengevaluasi dan merefleksikan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan KKN di Desa Banaran ini, ternyata masih cukup banyak
kekurangan-kekurangan yang perlu adanya pembenahan serta perbaikan, sehingga kami
ikut dalam memberikan saran dan pandangan baik kepada masyarakat lokasi
kegiatan KKN, rekan-rekan peserta KKN serta pada fakultas sebagai panitia
pelaksana dalam kegiatan KKN ini.
Adapun saran-saran yang dapat kami berikan antara lain sebagai
berikut :
1.
Kepada
Desa Banaran
d.
Mempertahankan
adat istiadat masyarakat Desa Banaran yang berbasis agama serta tidak
menanggalkan perubahan demi tercapainya masyarakat madani.
e.
Agar
terjadi kerja sama antar aparat desa dalam melaksanakan roda pemerintahan,
serta dapat memelihara dan memanfaatkan seluruh hasil-hasil pembangunan desa.
f.
Apabila
ada problem yang menyangkut kepentingan bersama, hendaknya diselesaikan bersama
lewat musyawarah warga antar masyarakat, tokoh masyarakat dan Aparat Desa,
sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.
g.
Masyarakat
dan Aparat harus bisa memanfaatkan potensi dari desanya, baik berupa SDM-nya
maupun dari SDA-nya,
h.
Agar
masyarakat Desa Banaran melestarikan, merawat, dan membudidayakan tanaman Ale
2.
Bagi
Mahasiswa Peserta KKN
Dalam
hal ini kami menemukan beberapa pokok yang kiranya perlu diperbaiki,
diantaranya yaitu :
a.
Bagi
mahasiswa yang akan melakukan KKN sebagai implementasi dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang salah satunya adalah pengabdian terhadap masyarakat harus
bisa bergaul dan beradaptasi dengan masyarakat yang ditempatinya, serta harus
terampil dan dapat memahami masyarakat lokasi KKN karena lingkungan yang
dihadapinya jauh berbeda dengan lingkungan kampus.
b.
Pengalaman-pengalaman
yang didapat selama melaksanakan kegiatan ini, hendaknya dijadikan sebagai
pelajaran yang sangat berharga, karena nantinya dapat dijadikan bekal untuk
menghadapi masyarakat setelah mereka lulus dan benar-benar terjun ke masyarakat
yang sesungguhnya.
3.
Bagi
Panitia Pelaksana KKN
Dalam
hal ini yang harus diperhatikan antara lain :
a.
Perlu
adanya persiapan yang matang, karena yang akan dihadapi mahasiswa merupakan
lingkungan yang belum diketahui latar belakangnya dan tentunya dengan kultur
budaya yang kemungkinan berbeda.
b.
Pembekalan
yang serius bukan sekedar ajang pembagian kaos, jaket dan topi KKN serta living kost saja, karena
pembekalan adalah senjata yang sangat ampuh bagi mahasiswa peserta KKN untuk
menghadapi lingkungan baru yang belum dikenal.
c.
Lebih
memperhatikan peserta KKN di lapangan bukan hanya menerima laporan yang matang
sehingga peserta KKN merasa diperhatikan.
Demikianlah saran dan pesan dari
kami peserta KKN Desa Banaran, semoga dapat diambil guna dan manfaatnya, tidak
lupa kami hanyalah manusia biasa yang selalu melakukan kesalahan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua.
No comments:
Post a Comment