CONTOH LAPORAN KULIAH KERJA NYATA (KKN) PAR

BAB I
KILAS DESA BANARAN

A.  Gambaran Umum Desa Banaran
Secara geografis, Desa Banaran terletak di bagian barat Kota Bojonegoro dan berada di dataran rendah. Untuk menuju ke desa Banaran, diperlukan waktu kurang lebih 25 menit dari Kota Bojonegoro. Jarak desa ini adalah 12 km dari Kota Bojonegoro.
Gambar 1
Peta Desa Banaran Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro
 (DI BAWAH INI DI KASIH GAMBAR YA SOBB..)



Desa ini terletak di Kecamatan Malo yang berbatasan dengan Kecamatan Kalitidu. Untuk mencapai tempat ini tidak cukup sulit, karena jalanan yang sudah beraspal dan jalan masuk ke Desa Banaran sudah berpaving, Namun, jalan menuju kebeberapa Gang sendiri cukup sulit, karena jalanan yang rusak dan belum berpaving.
Di Desa Banaran terdapat lima gang yang pertama adalah gang yang terletak di RT. 4, yang mana Penduduk di RT. 4 ini memiliki pengetahuan keagamaan yang masih di pengaruhi adat kejawen, Gang yang ke dua ini bernama gang Sumur Jero, konon katanya dinamakan Sumur Njero karena di gang tersebut dulunya terdapat sumur yang terletak di dalam RT. 02, Gang yang ke tiga bernama gang Sumur Mbujo (RT. 01) dinamakan Sumur Mbujo karena dulunya di gang ini terdapat sumur yang tak pernah habis airnya meski terjadi musim kemarau yang panjang, Gang selanjutnya adalah gang Masjid, dinamakan gang Masjid karena dulunya di gang ini terdapat sebuah Pondok Pesantren yang lumayan cukup besar, Namun, pondok tersebut kini tinggal sebuah kenangan, Gang selanjutnya adalah gang Suwiryo, yaitu suatu nama gang yang di ambil dari nama sesepuh di gang tersebut.
Gambar 2
Peta Desa Banaran dan Gang Desa

Kata Banaran sendiri Menurut Bapak Daud (warga desa Tinawun yang asalnya dari desa banaran) itu berasal dari kata (di ben sak paran paran) di biarkan kemanapun. Karena dulunya di Desa yang kecil ini terdapat lima dusun, yang konon dulunya Desa ini masih satu pemerintahan dengan desa Tinawun yaitu desa yang terletak di sebelah barat desa banaran, saat itu Penguasa daerah tersebut masih bersaudara, karena adanya perbedaan kebijakan, Banaran yang kecil tersebut memisahkan diri dengan Tinawun dan dari ke lima dusun tersebut terciptalah nama Desa yaitu Banaran.
SEJARAH PEMERINTAHAN DESA
No
Nama
Periode
1
2
3
1
Turmudji
1975 s/d 1990
2
Hartono
1990 s/d 1998
3
Hartono
1998 s/d 2008
4
H. Sucipto
2008 s/d 2014
5
H. Sucipto
2014 2019

B.  Keadaan Geografis
Desa Banaran Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro merupakan bagian integral dari sistem perwilayahan kecamatan Malo, Batas – batas desa ini sebelah utara adalah Desa Kedungrejo, sebelah selatan adalah Desa Ngujung, sebelah timur adalah Desa Ketileng, sedangkan sebelah barat adalah Desa Tinawun, Desa Banaran terdiri dari satu Dusun yaitu : Dusun Banaran RT. 01-04 / RW. 01-02 dan secara Geografis Desa Banaran nampak merupakan Dataran Rendah.
 Potensi Sumber Daya Alam
Faktor fisik yang diperlukan dalam merencanakan suatu Kawasan adalah Topografi, Geologi, Hidrografi dan kendala – kendala fisik. Desa Banaran merupakan dataran rendah 5,21C0 DPL/DPS, dengan kemiringan 0,25% dan suhu rata – rata perharianya 32 C0 Derajat C. Menurut Topografi desa ini termasuk ada di dataran rendah, Topografinya yang bergelombang dengan kondisi tanah sangat Lentur dan Lembek. Namun, demikian dengan kondisi Mikro nampak kerajinan ukiran dan lahan yang subur menjadikan daerah ini sebagai salah satu penghasil lumbung pangan dan ukiran di Kabupaten Bojonegoro.
C.   Keadaan Demografis
Jumlah penduduk Desa Banaran Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2014 sebesar 815 Jiwa yang terbagi ke dalam 181 Kartu Keluarga (KK) dengan kepadatan penduduk 4.5 jiwa per Km 2.  Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, jumlah penduduk laki – laki pada tahun 2014 sebesar 406 Jiwa, lebih kecil dibanding jumlah perempuan yang sebesar 409 Jiwa.
Tabel 1
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN USIA
NO
USIA
LAKI - LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
PROSENTASE
1
2
3
4
5
6
1
0 – 12 Bulan
37
38
75
50 %
2
1 – 10 Tahun
38
39
77
6,5 %
3
11 – 20 Tahun
40
41
81
6,8 %
4
21 – 30 Tahun
50
43
93
8,0 %
5
31 – 40 Tahun
41
42
83
8,2%
6
51 – 60 Tahun
43
44
87
8,5%
7
61 – 70 Tahun
44
45
89
8,0%
8
71 – 75 Tahun
45
46
91
8,3%
9
>75 Tahun
26
27
53
8,4%
Jumlah Total
406
409
815
100%

Dari data di atas menunjukkan bahwa penduduk usia produktif pada usia 20 – 49 tahun sekitar 926 atau hampir 47,8% hal ini merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM.
Tingkat kemiskinan dari jumlah Kartu keluarga (KK) diatas, sejumlah 31 KK tercatat sebagai pra sejahtera: 25 KK tercatat keluarga sejahtera I ; 25 KK tercatat keluarga sejahtera II ; 25 KK tercatat keluarga Sejahtera III ; 25- KK sebagai keluargaSejahtera III Plus. 25- jika KK golongan pra sejahtera 25 KK golongan 1 di golongkan sebagai KK golongan miskin, maka 60% desa keluarga miskin.
D.  Keadaan Sosial

Keagamaan
Seluruh warga desa Banaran adalah menganut agama Islam sehingga budaya Islam sangat kental ditengah – tengah masyarakat dan terdapat satu organisasi keagamaan yakni Nahdhatul Ulama.
Di Desa Banaran terdapat sembilan Musholla dan satu Masjid. Mushola-mushola tersebut  digunakan untuk melaksanakan tiga waktu sholat yakni, Subuh, Maghrib dan Isya’, sementara Dhuhur dan Ashar warga masih sibuk dengan bekerja. Bahkan adzan waktu Dhuhur dan Ashar pun jarang dikumandangkan, tetapi banyak mushola yang digunakan untuk kegiatan belajar Al-Qur’an (mengaji).
Selain banyaknya musholla dan masjid yang menjadi bukti keagamaan di Desa Banaran, masyarakat di Desa Banaran juga melakukan rutinitas keagamaan lainnya, misalnya tahlilan, yaasiin-an, takhtiman, manaqiban, dziba’an, ta’ziyah, dan lain-lain. Rutinitas tersebut masih dilakukan oleh warga Desa Banaran. Namun, rutinitas tahlilan tidak dilakukan oleh seluruh masyarakat Desa Banaran, karena mayoritas masyarakat Desa Banaran berfaham Nahdhatul Ulama’ dan minoritas berfaham Aliran Dharmo Gandul. Dengan adanya kelompok minoritas yang berfaham Dharmo Gandul, maka rutinitas tahlilan tidak dilaksanakan oleh semua masyarakat Desa Banaran.

Gambar 3
Kegiatan Istighotsah


Gambar 4
Kegiatan Tahlilan




Gambar 5
Kegiatan Madrasah Diniyah

Gambar 6
Kegiatan Tartil Al-qur’an dan Qiro’ah
Pendidikan

Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting untuk memajukan tingkat (SDM) sumber daya manusia yang dapat berpengaruh dalam jangka panjang dalam peningkatan perekonomian, dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat  yang pada giliranya akan mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru, sehingga akan membantu program pemerintah mengentaskan pengangguran masyarakat, di bawah ini adalah prosentase tingkat pendidikan desa Banaran.
Tabel 2
Tamatan Sekolah Masyarakat
No
Keterangan
Jumlah
Prosense
1
2
3
4
1
Buta huruf usia 10 tahun ke atas
3
4.80%
2
Tidak / belum sekolah
45
6,02%
3
Usia prasekolah
74
2.90%
4
Tidak tamat SD
11
26,9%
5
Tamat sekolah SD
210
26,4%
6
Tamat sekolah SMP
210
32,4%
7
Tamat sekolah SMA
210
6,8%
8
Tamat sekolah PT/ Akademi
52
15,6%

Jumlah Total
815
100%

Dari Data diatas menunjukan bahwa mayoritas penduduk desa Banaran hanya mampu menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di jenjang pendidikan 9 tahun. Rendahnya kualitas tingkat pendidikan di desa tidak terlepas dari batasan sarana dan prasarana Pendidikan yang ada.
Sebenarnya ada solusi yang bisa menjadi alternatif sebagai jalan keluar untuk meningkatkan sumber daya manusia di desa, yaitu melalui pelatihan dan kursus. Namun, sarana atau lembaga yang mengadakan pelatihan dan kursus tersebut ternyata juga belum tersedia di desa.
Gambar 7
Kegiatan Mengajar di SDN Banaran

Gambar 8
Kegiatan Bimbel di Desa Banaran
Perekonomian
           
                 Berdasarkan kondisi alam yang ada di Desa Banaran memungkinkan pekerjaan warga Desa Banaran adalah sebagai petani, selain petani warga juga bekerja sebagai buruh tani. Berdasarkan penjelasan pada bagian demografi, masyarakat Desa Banaran bisa dikatakan sebagai petani karena banyak masyarakat yang bekerja sebagai petani dan memiliki lahan sawah sendiri.
Tabel Sumber Penerimaan Desa
No
Sumber
Tahun
2012
2013
2014
1
Penerimaan Desa
Rp.  8.125.200,-
Rp.      9.492.500,-
Rp.   10.439.300,-
2
Dana Perimbangan
Rp. 185.000.000,-
Rp. 200.000.000,-
Rp. 300.000.000,-
3
Hasil Lelang Aset Desa
Rp.    12.600.000,-
Rp.    13.300.000,-
Rp.   11.700.000,-
4
Pajak
Rp. 0
Rp. 0
Rp. 0
5
Retribusi Portal
Rp. 0
Rp. 0
Rp. 0
6
Sewa Tanah Kas Desa
Rp. 0
Rp. 0
Rp. 0
7
BLM / PNPM
Rp. 130.000.000,-
Rp. 0
Rp. 0
8
APBD Kabupaten
Rp. 0
Rp. 0
Rp. 0
9
APBD Provinsi
Rp. 0
Rp. 0
Rp. 0
10
APBD Pusat
Rp. 0
Rp. 0
Rp. 0
11
Swadaya Masyarakat
Rp.      3.000.000,-
Rp. 100.000.000,-
Rp.   3.000.000,-
12
Gotong Royonh
Rp.      4.500.000,-
Rp.      5.000.000,-
Rp.   5.000.000,-
JUMLAH TOTAL
Rp. 343.225.200,-
Rp. 327.792.500,-
Rp. 322.139.300,-

Dari Tabel  diatas, dapat disimpulkan bahwa : Penerimaan pajak, melalui tahun 2011 s/d 2012 mengalami peningkatan. Dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah sebesar 60%, sedangkan dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah sebesar 100%. Adapun penyebab dari peningkatan penerimaan pajak selama tahun 2013 s/d 2014 adalah sebagai berikut :
§  Bangunan baru / Rumah bertambah
§  Kenaikan Tarif
§  Tanah kas desa disewakan kepada masyarakat untuk menambah pendapatan desa, sewa tiap tahun meningkat untuk menyesuaikan terhadap perkembangan perubahan perkapita.
§  ADD ( Alokasi Dana Desa ) adalah dana Pembangunan yang bersumber dari pemerintah,    besaran dana tiap tahun bisa berubah anggaran pendapatan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah.

Kebudayaan

Desa Banaran merupakan daerah agraris yang mayoritas penduduknya adalah suku Jawa dengan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Meskipun demikian, masyarakat di desa ini selalu memperhatikan hal-hal tentang adat istiadat peninggalan nenek moyang mereka. Seperti tradisi dan kebudayaan desa Banaran yang masih bertahan sampai sekarang yaitu tradisi megengan, dan suruan.
Megengan adalah Tradisi yang biasanya dilakukan oleh masyarakat desa Banaran satu tahun sekali dan dilaksanakaan  ketika menjelaang bulan Ramadhan ( Poso ). Biasanya dilakukan di rumah masing-masing warga dan juga ada yang bersamaan di mushola-mushola, tujuan dari acara ini adalah untuk kirim do’a (kirim duwo;bahasa jawa) kepada keluarga yang sudah meninggal dunia.
 Suruan atau buwuhan juga menjadi salah satu bagian dari tradisi yang masih tersisa di Desa Banaran. Suruan adalah sebuah tradisi berupa pemberian hibah atau hadiah kepada orang yang mempunyai hajat baik pernikahan maupun sunatan. Hadiah yang diberikan berupa hasil panen dari sawah yang mereka peroleh, umumnya adalah beras sebagai bahan makanan pokok warga dusun ini. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk tercapainya kerukunan warga serta terpeliharanya tali silaturrahmi antar warga.
Kesehatan

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan. Kesehatan di desa Banaran sudah mulai membaik, masyarakat di desa Banaran dalam pemeliharaan kesehatan dibantu oleh seorang bidan yang bertugas di Polindes (Pondok Bersalin Desa) dan seorang mantri kesehatan yang bertugas di ponkesdes (Pondok Kesehatan Desa).
Selama ini di desa Banaran jarang mengalami masalah kesehatan yang serius, tetapi ketika musim penghujan ada beberapa warga yang terjangkit penyakit, seperti demam berdarah, diare dan ISPA yang biasa menyerang balita.
Untuk mencegah adanya penyakit yang timbul di masyarakat, tenaga kesehatan yang ada di desa Banaran membagikan serbuk abate untuk mencegah timbulnya jentik-jentik nyamuk dan Imunisasi untuk para balita.
E.  Politik Pembangunan

Sejak mulai berdiri menjadi sebuah desa yang diakui oleh pemerintah, dari waktu ke waktu Desa Banaran mengalami peningkatan walaupun belum sampai pada pemenuhan kebutuhan dasar. Untuk itu diharapkan kepada masyarakat dan tokoh–tokoh yang ada di desa mempunyai kesadaran untuk menghargai sesepuh desa dengan pemerintah dan lembaga desa demi terwujudnya kesejahteraan bersama.
Tabel 2 Sejarah Pembangunan Desa
No
Periode
Nama Kegiatan
Keterangan
        1.          
1990
Jembatan DusunBanaran
DPD/K
        2.          
1991
Perbaikan,jalan Dusun Banaran
DPD/K
        3.          
1992
Gedung TK
DPD/K
        4.          
1993
Pompa air dan hand traktor



traktortractor
_Mcsin
DPD/K
        5.          
1994
Jalan Makadam Dusun Banaran
DPD/K
        6.          
1995
Jalan Makadam Dusun Banaran
DPD/K
        7.          
1996
Jalan Makadam Dusun Banaran
_.ialan
DPD/K
        8.          
1997
Jalan Makadam Dusun Kepoh
DPD/K
        9.          
1999
Rehab Gedung TK dan Masjid
DPD/K
    10.          
2000
Rehab Kantor Desa
DPD/K
    11.          
2003
Gedung TK
PNPM PPK
    12.          
2004

TPT Dusun Banaran
PNPM PPK
    13.          
2005
Rehab Kantor Desa
DPD/K
    14.          
2006
Telford
DPD/K
    15.          
2007
Jalan makadam Dusun Banaran
DPD/K
    16.          
2009
 Polindes Banaran
PNPM PPK





BAB II
PENEMUAN MASALAH
A.  Identifikasi Masalah
Dalam kehidupan bermasyarakat, pastinya tidak akan lepas dari yang namanya permasalahan, masalah ini dapat berasal dari beberapa faktor baik itu dari faktor alam maupun faktor sosial. Faktor alam biasanya timbul karena perubahan iklim atau letak geografis suatu Desa yang kurang menguntungkan dan letak Desa yang jauh dari perkotaan. Adapun faktor sosial muncul dari pola pemikiran masyarakat itu sendiri, permasalahan sosial biasanya terjadi karena kurangnya rasa tanggung jawab dari setiap individu, yang sering kali menimbulkan kerusakan lingkungan sekitar. Kerusakan ini bisa berupa pencemaran lingkungan, baik dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.
Setidaknya ada dua permasalahan utama yang selama ini dirasakan  oleh masyarakat Desa Banaran, yaitu;
1.    Terbelenggunya Masyarakat Petani oleh kekuasaan Tengkulak
Desa Banaran merupakan daerah yang berpotensi sebagai penghasil tanaman padi dan tebu, karenanya 90% masyarakatnya bekerja sebagai petani, dan merupakan sumber pencaharian utama bagi masyarakat Desa.
Jarak Desa Banaran yang cukup jauh dari perkotaan, membuat malas para petani untuk menjual hasil panenya ke kota, dan lebih memilih untuk menjual hasil panenya ke tengkulak. Selain itu, kebanyakan petani juga tidak memiliki modal yang lebih untuk menanam padi dan tebu, sehingga ketika pertengahan musim tanam yaitu ketika tanaman (padi dan tebu) masih muda, mereka menjualnya ke tengkulak, uang hasil penjualan tadi kemudian dipakai untuk melanjutkan penanaman (padi dan tebu) serta sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tindakan petani yang menjual tanaman yang masih muda tersebut membuat para petani semakin terbelenggu oleh kekuasaan tengkulak, sehingga dalam masalah perekonomian mereka tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Dan justru perekonimian mereka hanya berputar putar saja, sehingga membuat petani kurang bisa menikmati hasil dari pertanian mereka.
2.    Banjir
Secara geografis Desa Banaran terletak di dataran rendah, dan daerah pertanianya terletak di pinggiran bengawan solo, sehingga bencana banjir sering melanda daerah pertanian ini. Akibatnya, ketika musim penghujan daerah pertanian ini banyak yang di genangi air, dan membuat masyarakat desa Banaran gagal panen.

B.     Sasaran dan Target
Seperti yang telah dipaparkan diatas, bahwa masyarakat desa Banaran kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani, namun berdasarkan kondisi dan potensi masyarakat desa Banaran, tengah memungkinkan untuk dilakukan kegiatan pemanfaatan pohon pisang pada lahan  di sekitar rumah dan kebun warga, maka sudah sewajarnya jika dengan kondisi lingkungan yang sangat mendukung ini, seharusnya warga desa Banaran harus mencoba peruntungan lain demi memperbaiki keadaan ekonomi mereka, salah satunya dengan cara mengembangkan pemanfaatan Pohon pisang tersebut.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah:
a.       Meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat desa Banaran dengan cara memanfaatkan limbah pohon pisang
b.      Menjadikan desa Banaran sebagai  salah satu penghasil kerajinan pohon pisang  di Bojonegoro
c.       Mengkoordinir para petani Pohon pisang di desa Banaran untuk membentuk kelompok tani dan sub koperasi.
Mengapa harus pohon pisang.? Dari sinilah dapat kita gali lebih dalam sisi lain dari Pohon Pisang ini, mengapa masyarakat desa Banaran cenderung lebih berminat untuk memanfaatkan pohon pisang. Potensi pohon pisang yang sangat melimpah di desa Banaran dimana hampir setiap rumah mempunyai kebun pohon pisang dan pohon pisang yang dimiliki masyarakat desa. Mungkin itu hanya sebagian kecil dari faktor pendorong petani untuk lebih memenggeluti pemanfaatan Pohon pisang, dan masih banyak hal lagi yang menjadi faktor pendukung yang lain antara lain :
1.      Menjadi lapangan pekerjaan baru/dapat menambah penghasilan
2.      Disukai banyak kalangan masyarakat
3.      Menjadi alternatif untuk mengisi waktu luang warga
4.      Sebagai sarana mengambangkan keterampilan masyarakat
Selain limbah pohon pisang, ternyata jantung pisang juga bisa digunakan sebagai bahan alternatif untuk membuat nugget, karena jantung pisang juga memiliki banyak sekali manfaat diantarnya:
1.      Untuk sayuran
2.      Sebagai makanan pendamping lauk
3.      Menambah stamina tubuh
4.      Dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, diabetes, stroke, juga sebagai solusi bagi obesitas karena seratnya yang tinggi mampu untuk menghambat nafsu makan.
Akan tetapi dalam perkembangannya didalam pemanfaatan limbah pohon pisang masyarakat di desa Banaran masih sering menuai beberapa kendala. Berikut adalah permasalahan yang selama ini menjadi kendala warga Desa Banaran dalam mempemanfaatankan Pohon pisang antara lain :
a.       Minim pengetahuan
Masyarakat desa yang sulit untuk menerima hal baru membuat mereka tidak mau mencari inovasi tentang pohon pisang. Juga karena masyarakat lebih memilih untuk memanfaatkan pohon pisang sesuai dengan apa yang diajarkan nenek moyang mereka. Selain itu karena masyarakat desa Banaran yang hanya memandang sebelah mata tentang pohon pisang membuat pemahaman mereka tentang tentang pemanfaatan pohon pisang masih sangat minim dan hampir tidak mengetahui bahwa pohon pisang dapat menjadi sarana untuk meningkatkan ekonomi. Juga karena selama ini mereka hanya berfokus pada buah yang dapat dikonsumsi.
b.      Waktu pengeringan
Pengeringan batang pohon pisag yang membutuhkan waktu lama (+ 7 hari) ketika musim hujan akan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Sehingga target produksi yang ingin dicapai tidak tercapai maksimal.
C.  Metodologi PAR
Di dalam sebuah penelitian diperlukan sebuah metode dalam memecahkan permasalahannya. Dengan memanfaatkan kekayaan riset-riset tradisional yang masih terus berkembang, kami mengumpulkan data dari lapangan dan menganalisanya, karena PAR memiliki metode berbagi cerita (sharing), wawancara mendalam (in-depth interview), dan diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/FGD).
     Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (di mana pengamalan mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Untuk itu, mereka harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah, politik, budaya, ekonomi, geografis, dan konteks lain-lain yang terkait. Hal yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan.
     Peneliti sebagai fasilitator masyarakat pada dasarnya berperan dalam pengembangan pembelajaran masyarakat lokal untuk membangun tingkat kemandirian dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Bersamaan dengan itu, membangun kesadaran kritis masyarakat terhadap berbagai format ekonomi politik yang berlangsung secara mapan dibarengi dengan memperkuat kemampuan masyarakat untuk berdialog sehingga memiliki bargaining position yang kuat dengan kekuatan lain. Maka dari itu diperlukan strategi-strategi sebagai berikut :

a.    Memulai dengan tindakan mikro yang memiliki konteks makro/global.
b.    Mengembangkan penguasaan pengetahuan teknis masyarakat.
c.    Membangun kembali kelembagaan masyarakat.
d.   Pengembangan kesadaran masyarakat melalui pendidikan yang  transformatif.
e.    Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menentukan penguasaan dan pengelolaan serta kontrol terhadap sumber daya alam dan manusia (terutama sumber daya ekonomi)
f.     Pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal (daerah).
g.    Mengembangkan pendekatan kewilayahan/kawasan yang lebih menekankan pada kesamaan dan perbedaan potensi yang dimiliki.
h.    Membangun jaringan ekonomi  strategis yang berfungsi untuk mengembangkan kerjasama dalam mengatasiketerbatasan-keterbatasan baik dalam bidang produksi, pemasaran, teknologi, dan permodalan.

Langkah-langkah Proses Pemecahan Masalah
1.  Riset Pendahuluan
     Sebelum upaya get in dalam kawasan Banaran, peneliti akan melakukan riset pendahuluan sebagai penjajakan awal. Dalam riset ini peneliti akan mengobservasi aktivitas sehari-hari anak-anak dan para orang tua, lingkungan sosial tempat anak-anak  tumbuh, perilaku dan kebiasaan masyarakat, sanitasi, struktur masyarakat, dan yang terpenting adalah upaya mengendus masalah.
     Riset ini berguna sebagai pijakan untuk masuk pada analisis lebih jauh. Riset ini juga akan mempermudah peneliti untuk melakukan langkah selanjutnya, yaitu inkulturasi.
2.  Inkulturasi
     Langkah selanjutnya adalah inkulturasi, atau melebur dan membaur dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Informasi awal yang telah didapat ketika melakukan riset pendahuluan dapat dijadikan pedoman untuk mengadaptasikan diri di tengah-tengah masyarakat.
     Dalam langkah ini, peneliti jugaakan melakukan proses pendekatan sebagai upaya building. Maka dari itu, peneliti akan berusaha untuk bersikap netral, khususnya dalam hal golongan dan partai. Pendekatan yang akan peneliti lakukan adalah dengan memberikan bimbingan belajar pada anak-anak secara gratis dan mengikuti aktivitas masyarakat.
3.  Pengorganisasian Masyarakat untuk Agenda Riset
                 a.  Membentuk Kelompok
Setelah tahap inkulturasi dilalui, peneliti akan membangun kelompok dari level “grass root”(akar rumput). Kelompok-kelompok yang akan dibangun terdiri dari kelompok ibu-ibu dan kelompok bapak-bapak. Tujuan membangun kelompok ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bersamaan dengan upaya memperkuat ketahanan, kepercayaan diri, dan tanggung jawab masyarakat.
                 b.  Melakukan Analisis Masalah
Dalam pertemuan kelompok akan diadakan Focus Group Discussion(FGD), yaitu diskusi mengenai permasalahan tertentu sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya. Dalam FGD inilah pendidikan populer dilancarkan. Para partisipan diajak untuk mengkaji permasalahannya, mencari penyebab, dan melihat dampak negatifnya.
Pelaksanaan teknik-teknik PAR seperti daily routines, kalender musim, analisis kelembagaan, dan lainnya juga berupa diskusi. Dialog interaktif yang terbangun diharapkan dapat membuka wawasan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat akan hak-hak anak.
                 c.  Merumuskan Masalah
Masyarakat merumuskan masalah mendasar khususnya yang berkaitan dengan hajat hidup kemanusiaan yang dialaminya. Teknik yang mudah untuk merumuskan masalah ini biasanya dengan analisis masalah (hirarkhi masalah), yang selanjutnya dibuat analisa tujuan. Selanjutnya dilengkapi dengan teknik matrik ranking sebagai langkah untuk memilih prioritas persoalan mana yang akan diselesaikan lebih dahulu.
4.  Perencanaan Tindakan Aksi untuk Perubahan Sosial
                 a.  Mengorganisir Gagasan
Hasil-hasil FGD khususnya dalam pelaksanaan teknik-teknik PAR akan dianalisis sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pemecahan masalah. Setelah matrik ranking masalah ditetapkan bersama, maka langkah selanjutnya adalah merencanakan bersama upaya pemecahan masalah. Dalam tahap perencanaan ini, ide dan gagasan dari partisipan diinventarisir terlebih dahulu, untuk kemudian diputuskan bersama-sama gagasan yang dipilih.
                 b.  Mengorganisir Sumber Daya/Potensi
Gagasan pemecahan masalah yang telah ditetapkan harus mempertimbangkan potensi dan sumberdaya yang dimiliki masyarakat. Komunitas sebelumnya harus sudah menginventarisir siapa memiliki potensi dan sumber daya apa. Begitu seterusnya hingga keragaman sumber daya yang dimiliki masyarakat dapat saling melengkapi guna mendukung jalannya aksi perubahan sosial.
                 c.  Menyusun Strategi Gerakan
                             Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem kemanusiaan yang telah dirumuskan. Di dalamnya, komunitas menentukan langkah-langkah sistematik, menentukan pihak yang terlibat (stakeholders), dan merumuskan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan program yang direncanakan serta mencari jalan keluar apabila terdapat kendala yang menghalangi keberhasilan program. Penyusunan strategi gerakan ini merupakan langkah penting untuk pemecahan masalah. langkah mudah untuk menyusun strategi ini adalah dengan teknik mengelola program yang berbentuk Logical Framework Approach (LFA).
5.  Aksi
                        Hasil perencanaan aksi selanjutnya diimplementasikan secara simulan dan partisipatif. Pemecahan persoalan kemanusiaan bukanlah sekedar untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi merupakan proses pembelajaran masyarakat, sehingga terbangun Pranata baru dalam komunitas dan sekaligus memunculkan community organizer (pengorganisir dari masyarakat sendiri), dan akhirnya akan muncul local leader (pemimpin lokal) yang menjadi pelaku dan pemimpin perubahan.
5.      Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengkroscek apakah yang telah dilaksanakan tetap berada dalam jalur yang ditentukan, bagaimana impresi dan efek yang dihasilkan. Jika ternyata langkah yang telah dilakukan membawa implikasi negatif dan destruktif, maka bukan tidak mungkin peneliti harus merubah arah kebijakan, karena sebenarnya PAR menghendaki pendekatan yang fleksibel dan multidimensional untuk menunjang progresifitas masyarakat.
6.      Refleksi
Informasi yang telah terkumpul ditinjau secara terus-menerus, kemudian diklasifikasi, diverifikasi, disistematisasikan, dan terakhir diambil kesimpulan-kesimpulannya. Dengan demikian data-data lengkap yang telah tersusun menjadi bermakna.
                        Berdasarkan hasil riset, proses pembelajaran masyarakat, dan program-program aksi yang sudah terlaksana, peneliti bersama masyarakat merefleksikan semua proses dan hasil yang diperolehnya (dari awal sampai akhir). Refleksi teoritis dirumuskan secara bersama, sehingga menjadi sebuah teori akademik yang dapat dipresentasikan pada khayalak publik sebagai pertanggung jawaban akademik.
E.  Triangulasi
                        Tidak semua data yang diperoleh bisa langsung dipercaya validitasnya. Untuk mengetahui kebenaran data bisa menggunakan prinsip triangulasi informasi, yaitu pemeriksaan dan periksa ulang melalui :[1]
1.      Keragaman Teknik PAR 
Setiap teknik PAR punya kelebihan dan kekurangan. Tidak semua informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam satu teknik PAR dapat dipercaya. Melalui teknik-teknik yang lain, informasi tersebut dapat dikaji ulang untuk melihat apakah benar dan tepat.
Teknik-teknik PAR pada umumnya adalah saling melengkapi dan digunakan sesuai dengan proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan.
     2.  Keragaman Sumber Informasi
Masyarakat selalu memiliki bentuk hubungan yang kompleks dan memiliki berbagai kepentingan yang sering berbeda bahkan bertentangan.
Informasi yang berasal dari sumber tunggal atau terbatas tidak jarang diwarnai oleh kepentingan pribadi. Karena itu,sangat perlu mengkaji silang informasi dari sumber yang berbeda.
Dalam melaksanakan PAR perlu diperhatikan untuk tidak didominasi oleh beberapa orang atau elit desa saja tetap melibatkan semua pihak, termasuk golongan miskin dan perempuan. Sumber informasi lain juga dapat dimanfaatkan seperti sumber sekunder yang berada di desa.
F.  Teoritisasi
Yang dijadikan landasan dalam cara kerja PAR, terutama adalah gagasan-gagasan yang datang dari rakyat. Oleh karena itu, fasilitator PAR harus melakukan langkah-langkah berikut :
Ø  Memperhatikan secara sungguh-sungguh gagasan yang datang dari rakyat yang masih terpenggal dan belum sistematis;
Ø  mempelajari gagasan tersebut secara bersama-sama dengan mereka sehingga menjadi gagasan yang sistematis;
Ø  menyatu dengan rakyat;
Ø  mengkaji kembali gagasan yang datang dari mereka, sehingga mereka sadar dan memahami bahwa gagasan itu milik mereka sendiri;
Ø  menerjemahkan gagasan tersebut dalam bentuk aksi;
Ø  menguji kebenaran gagasan melalui aksi




BAB III
DINAMIKA PELAKSANAAN PROGRAM
A.  Urairan Proses Pelaksanaan Program Yang Menunjukkan Sebuah Pembelajaran
Hampir seluruh wilayah Indonesia cocok untuk budidaya tanaman pisang. Tanaman pisang tersebar mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik yang dibudidayakan di lahan khusus maupun ditanam sembarangan di kebun atau di halaman. Hampir setiap pekarangan rumah di Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat menghasilkan, dapat berlangsung lama, mudah ditanam dan mudah dipelihara.


Dari seluruh bagian tanaman pisang, buah pisang dan daun pisanglah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Batang pohon pisang  dapat dijadikan tali tampar untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Sedangkan bagian lain dari tanaman ini masih terbatas pemanfaatannya, misalnya saja jantung pisang. Pada fase pembungaan dan pembuahan, setelah pembentukan sisir pisang yang terakhir, kemudian dilakukan pemotongan bunga (jantung pisang). Dan biasanya bunga ini langsung dibuang karena dianggap limbah. Padahal bunga (jantung pisang) memiliki nilai gizi yang cukup baik dan dapat di buat berbagai macam hasil olahan makanan.
1.    Proses pembuatan tali tampar
Pohon pisang yang baik dipakai untuk dibuat kerajinan adalah pisang jenis kepok dan pisang raja, alasanya karena pohon pisang ini banyak ditemui di indonesia dan juga karena bentuk batang yang panjang dan lebar. Berikut cara pembuatan tali tampar dari batang pohon pisang :
a)      Menggunakan pisau atau parang yang tajam agar tidak robek atau rusak batang pisang yang di tebang
b)      Iris kecil kecil pelepah dan batang pohon pisang
c)      Kupas pelepahnya
d)     Jemur pelepah pisang tadi
Gambar proses pengeringan / penjemuran
e)      Pisahkan bagian permukaan halus dari permuka’an yang kasar
 
Gambar proses pemisahan
f)       Sigar atau pecah menjadi beberapa ayaran
g)      Ambil isi pelepah pisang
h)      Lilitkan bagian luar gedebog pisang pada pelepah pisang dengan cara melingkar miring
Gambar proses pelilitan
i)        Ikatkan awal tampar pada media gulung dan lanjutkan melapisi tampar
j)        Bila ayaran dalam dan luar sudah mau habis, sambung dengan cara silangan sebagian dengan yang baru dan lanjutkan lapis bagian luar
k)      Sambungan antara dalam dan luar tidak boleh sama, agar tampar menjadi kuat dan tak mudah terputus
2.      Hasil kerajinan dari limbah Pohon Pisang
Gambar limbah pohon pisang dijadikan tempat tissu dan sandal
Gambar limbah pohon pisang dibuat tempat gelas dan lain-lain
Gambar limbah pohon pisang di jadikan tampar  dan pigura

3.    Proses pembuatan Nugget jantung pisang
Kandungan gizi dari kunsumsi 25gr jantung pisang adalah jantung pisang mengandung 31 kkal kalori, 1,2 gram senyawa protein, 0,3 gram lemak dan 7,1 gram karbohidrat. Jantung pisang juga mengandung vitamin A, vitamin B1, vitamin C dan mineral penting seperti fosfor, kalsium, serta zat besi. Ini berarti mengkonsumsi jantung pisang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, diabetes, stroke, juga sebagai solusi bagi obesitas karena seratnya yang tinggi mampu untuk menghambat nafsu makan.
Hampir semua jantung pisang dapat dikonsumsi sebagai makanan. Tetapi hanya ada satu jantung pisang dari pohon pisang susu yang rasanya pahit. Berikut cara pembuatan nugget jantung pisang : 
a)      Iris jantung pisang kecil - kecil
Gambar proses pengirisan jantung pisang
b)      Rebus jantung pisang sampai masak (+ 30 menit, sampai warna coklat atau putih)
c)      Hancurkan jantung pisang yang telah direbus, giling halus.
d)     Haluskan bumbu halus (bawang putih, bawang merah, garam) dan campur dengan jantung pisang yang telah dihaluskan.
e)      Masukkan tepung terigu, tepung tapioka dan telur.
f)       Aduk hingga rata dan masukkan dalam wadah
Gambar proses pembuatan nugget jantung pisang
g)      Kukus selama 20 – 30 menit
h)      Potong sesuai selera
i)        Oleskan telur dan tepung panir
Gambar proses pengolesan telur dan tepung panir
j)        Goreng hingga kecoklatan
Gambar proses penggorengan nugget jantung pisang
k)      Nugget jantung piusang siap dihidangkan
Usaha pemanfaatan Limbah Pohon Pisang dan pembuatan nugget dari jantung pisang merupakan salah satu industri rumah tangga yang ada di desa Banaran, yang bercirikan ekonomi kerakyatan, dimana mayoritas dilakukan oleh wanita.  Sebagai  salah satu usaha produktif untuk mendapatkan penghasilan dari usahanya. Produk yang dihasilkan terbatas dan modal yang digunakan rendah, sehingga keuntungan yang diperoleh cenderung rendah. Hal ini bisa dimaklumi bahwa usaha pemanfaatan pohon pisang baru masyarakat pelajari dengan adanya kegiatan kuliah kerja nyata Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro 2016. Namun usaha tersebut tetap berlangsung karena dapat menyerap tenaga kerja keluarga dan memberi nilai tambah meskipun rendah.
Rendahnya keuntungan usaha tersebut tidak menyurutkan minat masyarakat desa Banaran untuk terus memanfaatkan pohon pisang guna mengisi waktu luang dan menambah penghasilan masyarakat.
B.  Pemecahan Masalah
Dengan adanya permasalahan di atas, kami mencoba untuk mencari alternatif atau cara lain untuk memanfaatkan pohon pisang, yaitu:
1.      Mensosialisasikan pemanfaatan pohon pisang
Kami selaku peserta kuliah kerja nyata Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro 2016 mensosialisasikan pemanfaatan pohon pisang kepada masyarakat desa Banaran agar masyarakat desa Banaran memahami bagaimana pemanfaatan pohon pisang untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa Banaran.
2.      Memberikan altenatif alat yang lebih terjangkau
Masyarakat desa Banaran yang mayoritas ekonomi menengah kebawah akan sangat kesulitan untuk membeli alat melilit batang pisang yang berharga relatif mahal, sehingga dibuatlah alat memilit batang pisang yang lebih murah dan mudah dibuat. Alat tersebut dapat dibuat sendiri oleh masyarakat dengan menggunakan peralatan bekas mesin pompa air.

   
BAB IV
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM
A.    Faktor Pendukung

a.    Perangkat Desa
Dalam pelaksanaan program kerja tentu saja perangkat desa memiliki andil yang cukup besar. Untuk menjangkau masyarakat yang begitu luas diperlukan data yang akurat sebagai penunjang pelaksanaan program. Selain itu dalam pelaksanaannya memerlukan pengarahan demi tercapainya tujuan kerja yang maksimal, disinilah akan terlihat betapa dukungan serta kerja sama yang baik dari perangkat desa merupakan hal penting yang tidak bisa disepelekan.

b.   Pemanfaatan Pohon Pisang
Target meningkatkan kualitas hidup merupakan motivasi yang jitu untuk menggali potensi kerja yang lebih baik. Agaknya hal itu pula yang terjadi pada para pemanfaatan pohon pisang di desa Banaran. Hal ini bisa dilihat dari antusiasme masyarakat khususnya pemanfaatan pohon pisang untuk mengikuti program kerja yang telah direncanakan sebelumnya, seperti penyuluhan untuk meningkatkan produktivitas, serta pembentukan kelompok pemanfaatan pohon pisang  yang disambut baik oleh hampir seluruh kalangan petani di desa Banaran ini.
c.    Sikap Konsisten
Adanya konsistensi dari para personil dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, sehingga menjadikan tugas terasa lebih mudah dan tidak menumpuk.
B.     Faktor Penghambat

a.         Terdapat banyak permintaan dan tuntutan dari masyarakat, akan tetapi personil yang bertugas sangat terbatas, sehingga menjadikan sasaran program kurang merata.
b.        Di desa Banaran tidak terdapat cukup alat untuk mendalung dan tepung panir untuk memenuhi kebutuhan pemanfaatan  jantung pisang, bahkan bisa dibilang tidak ada.
c.         Fokus masyarakat yang cenderung hanya ingin memanfaatkan buahnya saja, membuat kita mahasiswa KKN IAI Sunan Giri 2016 harus lebih ekstra mendorong masyarakat Banaran untuk memanfaatkan limbah pohon pisang.
C.    Alternatif  Pemecahan

a.   Memangkas daftar kegiatan dengan memperhatikan kondisi dan situasi anggota kelompok, serta memilah dan memilih kegiatan apa saja yang perlu didahulukan.
b.   Memberi penyuluhan tentang pemanfaatan pohon pisang.
c.   Melakukan pendekatan secara personil dan melakukan kunjungan pada seluruh warga desa.
d.   Berusaha untuk selalu aktif dalam melaksanakan kegiatan meskipun harus terhalang oleh hujan.




BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Setelah terjadinya interaksi dengan masyarakat di lokasi kegiatan KKN dan apa yang telah kita rasakan di lapangan selama sebulan  penuh, maka kami dapat menyusun laporan ini, dan dari beberapa uraian diatas kami dapat memperoleh beberapa garis besarnya antara lain:
1.         Di Desa Banaran sudah terdapat organisasi Ke-Agamaan.
2.         Di Desa Banaran terdapat Jam’iyyah-jam’iyyah Ke-Agamaan, seperti Jam’iyyah Tahlil, dan lain-lain baik putra maupun putri.
3.         Karang Taruna  sebagai penunjang pengembangan dan berkumpulnya pemuda - pemudi Desa Banaran yang sangat positif. 
4.         Organisasi sosial lain juga banyak terdapat di Desa ini, yang semakin maju seiring dengan perkembangan dan kemajuan tekhnologi.
5.         Adanya kebersamaan dari peserta KKN yang didasari dengan rasa tanggung jawab berazaskan kekeluargaan.
6.         Tanggapan masyarakat terhadap adanya KKN yang positif yang kemudian bersama-sama peserta KKN mencari solusi dalam memecahkan suatu problem yang sedang dihadapi.
7.         Keberhasilan KKN tersebut tidak lepas dari bantuan segala elemen masyarakat Desa Banaran terutama dari aparatur desa khususnya kepala Desa Banaran yang slalu mendampingi, mengarahkan serta mendukung peserta KKN dalam melaksanakan program dan juga ketrampilan, kesabaran dan keuletan peserta KKN yang didapat dari luar maupun dari dalam kampus IAI Sunan Giri Bojonegoro.
8.         Setelah pelaksanaan KKN ini, diharapkan masyarakat ikut dalam membangun Desa Banaran khususnya dalam melestarikan pemanfaatan pohon pisang  (batang pisang sebagai tali tampar dan jantung pisang dijadikan nugget ) yang menjadi program unggulan dari pada kegiatan KKN.
9.         Perlunya peningkatan sumber daya manusia, seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman.
B.     Saran - saran
Setelah kami mengevaluasi dan merefleksikan pelaksanaan kegiatan-kegiatan KKN di Desa Banaran ini, ternyata masih cukup banyak kekurangan-kekurangan yang perlu adanya pembenahan serta perbaikan, sehingga kami ikut dalam memberikan saran dan pandangan baik kepada masyarakat lokasi kegiatan KKN, rekan-rekan peserta KKN serta pada fakultas sebagai panitia pelaksana dalam kegiatan KKN ini.
Adapun saran-saran yang dapat kami berikan antara lain sebagai berikut :
1.         Kepada Desa Banaran
d.        Mempertahankan adat istiadat masyarakat Desa Banaran yang berbasis agama serta tidak menanggalkan perubahan demi tercapainya masyarakat madani.  
e.         Agar terjadi kerja sama antar aparat desa dalam melaksanakan roda pemerintahan, serta dapat memelihara dan memanfaatkan seluruh hasil-hasil pembangunan desa.
f.         Apabila ada problem yang menyangkut kepentingan bersama, hendaknya diselesaikan bersama lewat musyawarah warga antar masyarakat, tokoh masyarakat dan Aparat Desa, sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.
g.        Masyarakat dan Aparat harus bisa memanfaatkan potensi dari desanya, baik berupa SDM-nya maupun dari SDA-nya,
h.        Agar masyarakat Desa Banaran melestarikan, merawat, dan membudidayakan tanaman Ale
2.         Bagi Mahasiswa Peserta KKN
Dalam hal ini kami menemukan beberapa pokok yang kiranya perlu diperbaiki, diantaranya yaitu :
a.         Bagi mahasiswa yang akan melakukan KKN sebagai implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang salah satunya adalah pengabdian terhadap masyarakat harus bisa bergaul dan beradaptasi dengan masyarakat yang ditempatinya, serta harus terampil dan dapat memahami masyarakat lokasi KKN karena lingkungan yang dihadapinya jauh berbeda dengan lingkungan kampus.
b.        Pengalaman-pengalaman yang didapat selama melaksanakan kegiatan ini, hendaknya dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga, karena nantinya dapat dijadikan bekal untuk menghadapi masyarakat setelah mereka lulus dan benar-benar terjun ke masyarakat yang sesungguhnya.
3.         Bagi Panitia Pelaksana KKN
Dalam hal ini yang harus diperhatikan antara lain :
a.         Perlu adanya persiapan yang matang, karena yang akan dihadapi mahasiswa merupakan lingkungan yang belum diketahui latar belakangnya dan tentunya dengan kultur budaya yang kemungkinan berbeda.
b.        Pembekalan yang serius bukan sekedar ajang pembagian kaos, jaket dan topi KKN  serta living kost saja, karena pembekalan adalah senjata yang sangat ampuh bagi mahasiswa peserta KKN untuk menghadapi lingkungan baru yang belum dikenal.
c.         Lebih memperhatikan peserta KKN di lapangan bukan hanya menerima laporan yang matang sehingga peserta KKN merasa diperhatikan.
Demikianlah saran dan pesan dari kami peserta KKN Desa Banaran, semoga dapat diambil guna dan manfaatnya, tidak lupa kami hanyalah manusia biasa yang selalu melakukan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua.







[1]  SUSDEC, Belajar Bersama Masyarakat, hal. 36.

No comments:

 

Total Pageviews

Search This Blog

Most Reading

Theme images by lobaaaato. Powered by Blogger.