Sejarah Singkat Syech Ihsan bin Dahlan Jampes Kediri



KH. Ihsan adalah putera pendiri pesantren janpes yang bernama KH. Dahlan bin Saleh. Beliau di lahirkan di jampes tahun 1901 sebagai anak ke dua dari empat bersaudara. Kakek Kyai Ihsan (ayah K. Dahlan) yang bernama K. Saleh berasal dari bogor Jawa Barat yang pada masa mudanya menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren di Jawa Timur, dimana dia juga punya saudara lelaki(kakak) yang mukim di propinsi ini yang bernama Ujang Mahmud yang bertempat tinggal di kawasan Surabaya.

K. Saleh yang berasal dari daerah hujan itu masih keturunan dari sultan di daerah Kuningan Jawa Barat yang berjalur keturunan dari Sunan Gunung Jati, Syarif Hidayatullah Cirebon, salah seorang dari sembilan wali penyebar agama Islam di Indonesia.
KH. Ihsan yang lahir pada tahun 1901, dimasa kecilnya bernama Bakri. Ia adalah anak ke dua dari KH. Dahlan. Ke dua orang tuanya bercerai selagi Ia madih berumur 5 tahun, Ibunya lalu kembali kedesanya Banjar melati kota kediri. Bersama adiknya,Dasuki Ia di asuh oleh neneknya di jampes.
Bakri(Syech Ihsan) di lahirkan dan di besarkan di lingkungan pesantren. Walau begitu Ia tidak hanya bergaul dengan kalangan anak-anak pesantren dan keluarga Kyai, tetapi juga dengan orang-orang dari komunitas luar pesantren.
Semenjak kecil, Bakri telah mempunyai kecerdasan fikiran dan daya ingat yang mengagumkan. Pada masa remajanya, Bakri menggemari bidang seni dan sastra jawa. Ia sangat gemar nonton wayang kulit. Di daerah manapun ada pertunjukan kesenian wayang ini, disitu tentu Bakri berada.
Bakri memulai belajar ilmu ilmu agama dari keluarganya, terutama nenek dan ayahnya. Yang kemudian di lanjutkan di pondok pesantren. Pesantren yang pertama kali beliau singgahi adalah pesantren yang berada di daerah bendo pare kediri yang d asuh oleh pamanya sendiri yaitu KH. Khozin. Kemudian pindah ke pesantren lain dan selanjutnya beberapa kali pindah dari satu pesantren ke pesantren lain.
Tercatat pondok-pondok yang pernah di singgahi antara lain adalah
1. pondok pesantren jamsaren solo, pesantren KH. Ahmad Dahlan Darat Semarang.
2. Pondok pesantren di mangkang semarang
3. Pondok pesantren punduh magelang
4. Pondok pesantren di gondang legi Nganjuk
5. Pondok pesantren di bangkalan Madura di bawah asuhan KH. Kholil
Perlu di catat bahwa Bakri tidak pernah tinggal di suatu pesantren dalam jangka waktu yang lama, sebagai misal Ia mempelajari kitab Alfiah Ibnu Malik di bangkalan Madura kira kira sekitar satu bulan.
Bakri mengahiri masa belajarnya di berbagai pesantren sewaktu ayahnya menghendaki dia untuk ikut membantu mengajar di pesantrennya sendiri, pondok jampes.
Pada tahun 1926 Bakri berangkat ke tanah suci menunaikan ibadah haji, semenjak itu namanya menjadi KH. ihsan. Setelah ayahnya wafat pada tahun 1928, pesantren jampes kenudian di pimpin oleh KH. Kholil, adik KH. Dahlan yang pada masa kecilnya bernama muharrar.
Pada tahun 1932, kepemimpinan pesantren jampes diserahkan oleh KH. Kholil kepada KH. Ihsan, semenjak itulah KH. Ihsan memikul tanggungjawab besar sebagai pengasuh pesantren jampes.
Pada tahun 1929, beliau nenulis sebuah kitab dibidang ilmu falak(astronomi) yang di beri judul Tashrih Al Ibarat sebuah kitab penjabaran dari kitab karya KH. Ahmad Dahlab semarang  yang berjudul Natijat Al Miqat.
Selanjutnya pada Tahun 1932, di waktu menduda setelah perceraian dari pernikahannya yang ke empat, beliau menulis sebuah kitab dibidang ilmu tasawuf yang kemudian membuat beliau menjadi terkenal, yaitu kitab Siraj At Thalibin. Kitab ini merupakan syarah dari kitab karangan terahir imam Ghazali yaitu Minhaj Al Abidin. Dari karya Imam Ghazali yang hanya 93 halaman ini, beliau jabarkan menjadi uraian sebanyak lebih dari 1000 halaman melalui kitab karyanya ini. Kitab Siraj At Thalibin ini beliau susun dalam waktu yang relatif singkat yakni, kurang dari delapan bulan. Kitab ini pertama kali terbit tahun 1936 oleh penerbit An Nabhaniyah Surabaya milik Salim Nabhan bersaudara yang di cetak di percetakan Musthafa Babi Al Halabi di kairo mesir.
Sebelum dterbitkan kitab ini terlebih dahulu di sodorkan KH. Ihsab ke para Kyai, untuk mengoreksi dan mentashihnya, di antara Kyai Kyai tersebut adalah, KH. Hasyim Asy'ari pengasuh pondok pesantren tebu ireng jombang, KH. Abdurrahman bin Abdul Karim sekar putih Nganjuk, KH. Muhammad Yunus kota kediri, KH. Abdul Karim pengasuh pesantren lirboyo kediri, KH. Khozin pamannya sendiri pengasuh pesantren bendo pare kediri.
KH. Ihsan dikenal sebagai ulama' sufi lantaran kitab karangan beliau ini. Oleh karena itu juga pondok pesantren jampes dikenal sebagai pondok tasawuf atau pondok sufi.
Kemudian pada tahun 1940, beliau beliau menulis sebuah kitab yang berjudul Manahij Al Imdad syarah Irsyad Al Ibad karya Syeh Zainuddin Al Malibari (982 H).
Ketika Syeh Ihsan wafat kitab ini belum sempat di terbitkan, dikarenakan pada saat itu negeri ini sedang dilanda pertikaian dengan negeri bekas penjajah yang berkepanjangan, mulai tahun 1942 sampai menjelang tahun 1950, setelah kondisi negeri ini tenang  KH. Ihsan pun wafat.
Pada tahun 1980 an, kitab ini di bawa Gus Dur(KH. Abdurrahman Wahid) untuk di serahkan kepada syeh Yadin Al fadangi di mekkah agar di usahakan untuk diterbitkan. Namun sebelum niat itu terlaksana, ulama' asal padang ini wafat, pada tahun 1990. Ahirnya pada tahun 2005 keluarga KH. Ihsan berusaha menerbitkan sendiri kitab ini.
Masih  ada lagi kitab karangan beliau yaitu kitab yang diberi judul Irsyad Al Ihwan Fi Syurbil Qahwah Wa Al Dhukhon, sebuah kitab yang membicarakan tentang minum kopi dan merokok ditinjau dari hukum islam.
Demikianlah sejarah singkat ulama' indonesia yang terkenal di berbagai penjuru dunia yaitu Syech Ihsan Bin Dahlan Al Jampesi Al Kadiri.

Untuk lebih jelasnya tentang biografi Syech Ihsan bin Dahlan silahkan sobat sobat baca di sebuah buku yang berjudul SYEKH IHSAN BIN DAHLAN JAMPES KEDIRI(Pengarang Kitab SIRAJ AT THALIBIN). Yang di tulis oleh KH. BUSYROL KARIM A. MUGHNI. Dzurriyah KH. Ihsan bin Dahlan.


Erti

No comments:

 

Total Pageviews

Search This Blog

Most Reading

Theme images by lobaaaato. Powered by Blogger.